Jumat, 20 Januari 2012

Mbak Jum

Hari ini aku bangun agak siang, sambil malas-malasan kulirik jam dinding yang telah menunjukkan angka 7. Sebagai pengangguran, hal ini tidak masalah buatku karena memang tidak ada yang mesti kuburu-buru, toh seharian juga aku ngga ngapa-ngapain, paling keluar keluyuran seharian dan kembali lagi kalau sudah malam.

Masih dengan muka yang masih berantakan, aku keluar kamar, kulihat seisi rumah sudah kosong, Om dan Tanteku sudah berangkat ke toko, sepupuku sudah pada berangkat ke sekolah, dan Marni nampaknya ke pasar belanja sayur.

Dari kamar mandi aku mendengar suara guyuran air, sepertinya Mba Jum sedang mandi. Dia adalah istri dari temannya Omku yang bernama Mas Dar, yang menumpang di rumah karena baru berhenti jadi Anak buah kapal, dan sekarang bekerja sebagai agen salah satu komoditas dari Lampung untuk dijual ke Jakarta. Saat ini pun, dia lagi pergi ke Lampung, dan biasanya baru kembali 2 minggu kemudian.

Aku hanya bisa membayangkan kalau Mba Jum lagi mandi dengan tanpa penutup badan, hal ini membuat rasa isengku muncul. Dari bawah pintu kamar mandi yang memang agak terbuka sekitar 10cm karena lapuk terkena air, aku merapatkan mukaku untuk bisa melongok ke dalam, dengan perasaan deg-degan takut ketahuan, aku berusaha melihat apa yang sedang dia lakukan. Usahaku tidak sia-sia, dengan jelas aku dapat melihat sekujur tubuhnya yang putih, mulus, dan berisi, hanya saja bagian perutnya sedikit berlemak, tapi hal ini tidak mengurangi keindahan tubuhnya, apalagi dua buah payudaranya yang besar menggantung seperti buah pepaya, bentuknya masih bulat berisi karena umurnya baru sekitar 24 tahun dan belum punya anak.. Aku melihat dia sedang mengeringkan tubuhnya dengan handuk, hal ini membuatku jadi takut karena pasti sebentar lagi dia akan keluar, akhirnya kuputuskan untuk menyudahi pandanganku dari tubuhnya yang montok, tanpa terasa, kemaluanku mengeras walau hanya melihat tubuh bugilnya sesaat.

Aku ke belakang mengambil handuk untuk persiapan mandi, saat masuk ke dalam aku berpapasan dengan Mba Jum yang baru selesai mandi, wangi segar tubuhnya aku rasakan, dengan berbasa basi sambil lewat Mba Jum menyapa:

“Mau mandi ya ?”
“Iya, sepi banget ya rumah, udah pada berangkat ya Mba ?” jawabku sambil bertanya.
“Udah, kamu sih bangunnya siang, ya udah, sana mandi biar segar” katanya sembil berlalu masuk kamarnya.

Selesai mandi dan ganti baju, aku keluar kamar. Aku masih teringat pemandangan di dalam kamar mandi tadi, betapa tubuh mulus Mba Jum menggairahkanku, pemandangan seperti ini jarang aku saksikan, aku hanya bisa menyaksikannya di majalah dan film dewasa, dengan pacarkupun aku hanya berani sebatas pegangan tangan.

Pikiranku jadi agak sedikit kacau jadinya, dengan perasaan bercampur baur aku mendekati kamar Mba Jum, bingung mau berbuat apa, aku ketok pintu kamarnya

“Siapa ?” tanya Mba Jum
“Aku Mba” jawabku sekenanya
“Masuk, ngga dikunci kok” katanya
Dengan perasaan deg-degan, aku membuka pintu kamarnya, sambil melempar senyum aku mencari alasan “Mba punya majalah ? bosen nih biar ada bacaan” kataku
“Adanya majalah wanita, liat aja di bawah meja” jawabnya

Setelah mengambil beberapa majalah, aku duduk di atas ranjang, sedikit menjaga jarak di samping Mba Jum, sambil membolak balik beberapa majalah, mataku melirik ke arahnya, ternyata dia sedang memperhatikanku, dan dia tersenyum melihat ulahku yang membuatku jadi salah tingkah dan malu. Aku kembali melanjutkan pandangaku ke majalah yang aku pegang. Sejenak kemudian, Mba Jum merebahkan badannya di atas ranjang, ketika aku mencuri pandang, kembali dia tersenyum, kali ini pikiranku tambah runyam. Aku tidak tahu apa yang ada dalam pikirannya, apakah dia sengaja menggodaku? Kalau ya, ini lah kesempatanku, tapi ngapain ? kesempatan buat apa? Kalau tidak menggodaku, kenapa dia membiarkan aku ke kamarnya ? Karena kalu salah mengartikan tingkahnya, bisa-bisa aku harus berhadapan dengan suaminya. Aku mencari akal untuk mengetahuinya, aku pura-pura meletakkan majalah ke tempat semula dan mengambil majalah yang lain, kali ini dudukku sengaja ku dekatkan ke sampingnya tanpa jarak sama sekali. Aku menunggu reaksinya tanpa berani menatap, ternyata tidak ada reaksi, dia masih tetap tiduran. Dengan sengaja, aku nekat meletakkan tangan kiriku di atas pahanya dengan tatapan mataku tetap ke arah majalah tanpa berani memandangnya. Ketika tidak ada reaksi, aku semakin nekat, tanganku yang tadinya hanya kuletakkan, sekarang aku geser sedikit ke atas, karena diam saja aku kembali menggeser tanganku ke arah bawah pahanya, hal ini aku lakukan berulang ulang tanpa ada larangan darinya. Akhirnya aku berani mengusap pahanya, kali ini aku berani menatap matanya dan dia memberikan senyuman manis, dan aku membalas dengan senyuman pula, dan aku menganggp ini sebagai undangan, keraguanku untuk bereksperimen dengan Mba Jum mulai hilang, bukan apa-apa, kalau ternyata dia menolak dan memberitahukan masalah ini sama suaminya atau Omku, tamatlah riwayatku, mau dikemanakan mukaku nantinya.

Aku tidak tahu apakah Mba Jum pernah melakukan sex selain dengan suaminya, dan akupun tidak mau tahu karena gejolak dalam diriku sudah menutup pikiran normalku. Badanku kurebahkan disampingnya dengan posisi miring berhadapan, dengan lembut tanganku mulai membelai wajahnya, sebuah kecupan bibir kuberikan pada Mbak-ku yang manis ini. Tidak cukup sampai di situ, aku mulai mengulum bibir merahnya yang sedikit tebal, dia membalasnya dengan kuluman pada bibirku, walaupun bukan yang pertama kali ciuman, namun kali ini sensasinya luar biasa buatku, aku tidak dapat mengungkapkannya dengan kata-kata. Tidak mau kalah, akupun mulai melumat bibirnya dengan lebih ganas, hanya desahan halus yang keluar dari Mba Jum. Puas malumat dan mengulum bibir Mba Jum, aku mulai memasukkan lidahku ke dalam mulutnya, spontan dia terima dengan mengulum lidahku dengan sangat lembut, aku menyapu rongga mulutnya dari atas ke bawah hal ini menambah lenguhan dan desahan yang menambah sensai buatku. Mba Jum mulai memasukkan lidahnya ke mulutku yang kusambut dengan hisapan dan kuluman, ya ampun nikmatnya luar biasa, lama aku mempermainkan lidah itu di dalam mulutku, yang membuatku tambah bernafsu adalah air liurnya yang keluar dan kusedot habis dan kutelan ditenggorokanku.

Kali ini, tanganku mulai turun ke arah dadanya, walaupun masih terbungkus BH dan kaos, aku dapat merasakan bagaimana empuknya buah dada Mba Jum. Dengan tetap melahap bibirnya, tanganku menyibakkan kaos yang dia pakai ke atas agar aku lebih leluasa menggapai benjolan dadanya, dan benar saja, tonjolannya makin nikmat kusentuh dengan menyusupkan tanganku ke bawah cup BHnya, kurang puas, aku membuka kaitan BHnya dipunggung. Setelah kaitannya terlepas, tanganku dapat dengan leluasa meremas dada kanan Mba Jum, bukan itu saja, jariku juga memilin puting susunya yang menonjol merah sebesar kacang dedele. Puas dengan dada sebelah kanan, jariku berganti mempermainkan dada kirinya, demikian aku lakukan bergantian antara kiri dan kanan.

Aku mulai melepas seluruh pakaian yang kukenakan, melihat hal ini, Mba Jum juga melepas kaosnya, tetapi celana dalam dan roknya masih tetap dia kenakan. Aku kembali menyerang bibirnya dengan kecupan dan kuluman, kembalai mulutnya mengeluarkan desahan, tak lama aku menurunkan wajahku ke lehernya yang putih, kuciumi dari kanan, ke tengah, lalu ke kiri, bukan cuma itu, aku juga menjilati seluruh lehernya dengan bibir dan lidahku, kadang-kadang aku selingi dengan menggigit lembut, dan aku jaga agar tidak sampai meninggalkan bekas merah.

“Aaaaahhhhh….uuuuuuhhhhh…ooooohhhhh….hhhaaaa aaaahhhh….” hanya itu yang dapat keluar dari mulutnya. Tanpa ku duga, Mba Jum dengan sigap memegang kemaluanku yang dari tadi sudah tegang, dengan lembut, dia membelai batangnya, lalu dielus ke atas menuju kepala, terus kepangkal, begitu seterusnya dia lakukan berulang-ulang, aku hanya dapat terdiam sejenak menikmati permainan jari Mba Jum di selangkanganku.

Tangan kananku kembali memegang dada sebelah kanan, ketika wajahnya kupandangi, aku melihat betapa tegangnya wajah Mba Jum, aku menduga dia sudah sangat terangsang, karena kali ini tidak ada lagi senyum, yang aku lihat mukanya seperti meringis, sementara matanya agak sayu. Aku menurunkan wajahku ke buah dada sebelah kiri, aku menciumi sekeliling dadanya, seluruh permukaannya jilati dengan lidahku. Ketika mulutku sampai ke pentil susunya, lidahku aku sapukan ke tonjolannya, kulakukan searah jarum jam, kusapu arah sebaliknya, hal ini kulakukan cukup lama, dan pada akhirnya, pentil itu kumasukkan ke dalam mulutku, kukulum dan kumainkan dengan lidahku, sementara yang kanan ku remas dengan tangan, ternyata efeknya sungguh dahsyat, Mba Jum terlihat kelejotan, meracau dan kepalanya kelempar ke kiri dan kanan

“Oooooooohhhhhh….Iwaaaaaaannnnhhhh….AAAaaaaaaa hhhhh…teehrrussiinnn…hhmmmmhhhhhh…aaaahhh… .” Mba Jum terus maracau

Aku menyingkap roknya Mba Jum, pahanya kulebarkan, kulihat bagian tengah celana dalamnya sangat basah, ketika kupegang, tersa berlendir, aku gosokkan jari tengahku pada cekungan tengahnya, aku meyakini itu adalah lobang kewanitaan Mba Jum, semakin kugosok dengan jari, makin banyak lendir yang keluar, bahkan mulai meleleh sampai keluar. Aku menyingkap penutup belahan Mba Jum, dan menyisipkan jari tengahku di sana, terasa lembut, basah dan ada belahan memanjang, semakin ke dalam, ada rongga menganga di sana. Mulutku kembali beraksi pada tonjolan dada bagian kiri, kukulum lembut, kuhisap, ganti ke dada kanan, kulahap seperti menyusu, sementara salah satu tanganku terus mengusap kewanitaan Mba Jum.

Dari dada, mulutku mulai turun ke bawah, mulutku mampir di pusat Mba Jum, kuciumi dengan bibir, lantas lidahku kujulurkan, kusapu pas ditengah lobang pusat, Mba Jum bergetar tak karuan. Semakin kebawah, mulutku dicegah oleh bulu-bulu kemaluan yang lumayan lebat dan panjang, ku gigit bulunya dengan bibir sambil kutari-tarik, semakin ke bawah, kepalaku dicegah oleh tangan Mba Jum

“Mau apa Wan ?”

“Aku mau nyium punya Mba”

“Aduh jangan, Itu bukan buat diciumin, itu bukan seperti yang kamu lihat di film, itu bau Wan, lagian aku malu, belum pernah begitu”

“Tapi aku pengen banget Mba, lagian tadi aku sempat nyium jariku setelah megang lobangnya, aku suka sekali baunya, membuatku makin terangsang, please Mba, lagian memang kalo bau, nanti ngga aku terusin”

“Ya udah, tapi jangan dijilatin ya, cukup diciumin aja”

“Ya Mba, aku janji”

Aku langsung menurunkan wajahku ke arah selangkangan Mba Jum, awalnya aku ciumin seputar bulu bagian atas, terus ke samping ke arah lipatan paha, lalu kudekatkan hidungku ke bagian tengah, aku hirup dalam-dalam, ampuuuunnn..walaupun masih ditutupi celana dalam, tapi baunya bikin nafsuku naik ke ubun-ubun. Aku kembali menyingkap bagian tengah celana dalamnya, di sana aku menemukan sebuah pemandangan yang menakjubkan, aku melihat dengan jelas kemaluan Mba Jum, untuk pertama kalinya aku melihat kemaluan perempuan dewasa. Awalnya yang kulihat hanya sebuah lipatan memanjang, tidak sabar, aku membuka pahanya lebih lebar, mulai terbuka bibir kemaluannya, kurang puas, aku menyibakkan bibir kewanitaan Mba Jum ke kiri dan kanan, ya ampuuunn, aku melihat dengan jelas lobang pipisnya, juga tonjolan kelentit di bagian atas. Tidak puas melihat, aku kembali mendekatkan hidungku ke lobangnya dan menghirupnya dalam-dalam, lama aku lakukan, aku kemudian menggosok belahannya dengan hidungku, mulai dari atas, lalu ke bawah, akibatnya hidungku dipenuhi lenbir kemaluan Mba Jum, pada akhirnya, lidahku menerobos ke lobang Mba Jum, dan menjilatinya.

“Aduuuuhhhh, kok dijilatin sih ? Waaannnn, jangan dong sayang, aaahhhhh…Mba ngga kuuuaattthhh..” Mba Jum menjerit mau menutup pahanya, tapi aku cegah, malah aku membukanya lebih lebar lagi, kali ini tanpa perlawanan dari Mba Jum, membuatku makin leluasa. Lidahku kutusuk pas di lobang senggamanya, kugoyang-goyang, lalu kutari ke atas, lidahku mempermainkan kelentitnya, turun lagi ke bawah, begitu seterusnya aku lakukan.

Biar lebih bebas, aku membuka celana dalam Mba Jum, ternyata cukup mudah karena ternyata dia membantunya dengan menaikkan pantatnya ke atas. Setelah lepas aku kembali membuka selangkangannya, kembali aktifitasku menjilat, menyapu dan mempermainkan kewanitaannya, kedua buah bibir kemaluannya aku jilati, kubuka, lalu kuciumi dengan bibir tepat di lobang pipis Mba Jum, cairan vaginanya makin banyak, kuhisap dengan mulut, lendirnya aku telan. Aku tidak menyangka akan memperoleh semua ini, aku telah merasakan bagaimana rasa dan baunya kemaluan wanita, selama ini aku hanya dapat membayangkan bersentuhan dengan memek, yah…memek, Mba Jum memberiku pengalaman indah.

Setelah puas, aku membuka rok Mba Jum, satu-satunya yang melekat di badannya. Kini kami berdua telanjang bulat tanpa sehelai benang, aku merangkak ke atas, kemaluanku berada di tengah selangkangan Mba Jum. Sambil menindih badannya, aku kembali menciumi bibir tebalnya, kukulum dengan mulutku, kusedot lidahnya, kuminum ludahnya, kemudian turun ke leher, kujilati sambil kugigit lembut, turun ke dada, kembali kukenyot dada kiri, sementara dada kanan kuremas remas, lalu naik lagi ke leher, aku merasakan Mba Jum mulai melebarkan pahanya, kemaluanku kurasakan menyentuh kewanitaannya, dalam hatiku bertanya, apakah kami akan melakukan hubungan badan ? Inikah saatnya aku merasakan merasakan bersetubuh dengan wanita ?

Aku tidak memikirkannya lebih jauh, karena tanganku mulai membimbing kejantananku ke arah selangkangan Mba Jum, terasa lembut dan basah, ketika ujung kemaluanku menyentuh lobang kewanitaannya, aku menggosokkan bagian kepala ke atas dan ke bawah, lendir makin deras menyiram rudalku, ketika kurasa cukup, aku mendiamkan kemaluanku tepat ditengah lobang Mba Jum, aku memeluk tubuhnya, dan kedua tangannya dilingkarkan dibadanku, dengan pelan, aku memajukan selangkanganku, kudengar desahan keluar dari mulut kekasih baruku ini, makin kutekan, kemaluanku makin terasa menerobos dinding kemaluannya. Laju kemaluanku cukup mulus akibat banyaknya cairan vagina Mba Jum, sampai selangkanganku mentok, dan kejantananku terbenam seluruhnya di selangkangannya.

Aku kemudian memperhatikan wajah Mba Jum, terlihat matanya tertutup sambil menggigit bibir atasnya, aku melihat wajah yang teduh dan ekspresi bahagia, aku mendaratkan sebuah ciuman di bibirnya, dan menghirup aroma pipinya, kembali kupandangi wajahnya, karena tanpa gerakan, dia membuka matanya, aku tersenyum menyambut tatapannya, dan dibalas dengan senyum indah, aku membelai rambut dan wajahnya, memberikan rasa sayangku padanya sementara kemaluan kami masih terjepit satu sama lain.

“Mba, makasih ya, udah memberikan pengalaman berharga padaku”

“Kamu belum pernah ?”

“Belum, ini yang pertama”

“Mba juga makasih sama kamu, karena kamu telah membiarkan keperjakaan kamu aku ambil”

“Kita sudah melakukan hubungan suami istri ya Mba ?

“Ya sayang, kita sedang malakukannya”

Kami kembali tersenyum, sebuah kecupan kembali kuhadiahkan buat kekasihku ini, dia membalas kecupanku dengan mengulum bibirku sambil memejamkan matanya. Aku kembali menciumi bibirnya, kemudian ke pipinya yang harum, lalu ke leher. Selangkanganku mulai kugoyangkan, Mba Jum menambah lebar pahanya, secara perlahan, aku manarik kemaluanku sampai tinggal seperempat, lalu dengan lembut kudorong kembali, kutekan sampai mentok, Mba Jum manaikkan pantatnya ke atas, aku merasakan kepala kemaluanku berbenturan dengan benda lembut di dalam sana, aku tidak tahu apa, tapi rasanya sungguh nikmat, demikian juga dengan Mba Jum, dia mulai meracau dan mengoceh tidak karuan

Aku mulai mengocok kejantananku di dalam kewanitaan Mba Jum, terdengar suara kecepak lembut setiap aku memaju mundurkan pantatku, ternyata kocokanku berbunyi karena lendir kewanitaan Mba Jum keluar cukup banyak, rupanya kemaluannya becek.

“Sayang, kalu kamu terganggu dengan suara tempikku, aku bisa ngelapnya, karena kalau aku terangsang hebat seperti ini, lendirku akan keluar banyak”

“Ngga apa-apa sayang, malah suaranya bikin aku lebih terangsang”

Memang banyaknya cairan vagina Mba Jum membuat lobangnya terasa makin lebar dan longgar, tapi kalau aku mendiamkan kejantananku di dalam, terasa ada kedutan kemaluannya seperti meremas kejantananku, apapun itu persetubuhan ini terasa begitu nikmat.

Setelah bertempur cukup lama, aku merasakan pertahananku mulai limbung, sesuatu sepertinya akan meledak di dalam sana.

“Mba, kanya aku mau keluar, aku ngga tahan lagi”

“Keluarin aja sayang, semprotin di dalam, biar Mba tambah sayang sama kamu”

“Kalo nanti jadi gimana, takutnya spermaku jadi janin, dan kamu hamil ?

“Ngga usah dipikirin sekarang, kalaupun aku hamil, kan ada Mas Dar yang tanggung jawab”

Mendapat jawaban seperti itu, aku mulai memompa kemaluanku di dalam lobang kemaluan Mba Jum, mula-mula pelan, makin lama makin cepat, suara kecepak kemaluan becek yang kusodok keluar masuk makin nyaring, benteng pertahananku mulai goyah, sesuatu yang mendesak kurasakan di selangkanganku, sampai suatu saat aku menarik bokongku melengkung ke atas, kemudian menghujamkannya dengan suatu sentakan yang kuat, Mba Jum pun berteriak lepas, beberapa semburan cairan kental berkali-kali lepas bercucuran didalam kemaluan kekasihku ini, aku memeluknya dengan kencang, Mba Jum pun melingkarkan kakinya mengapit tubuhku, aku tidak dapat menceritakan kenikmatan yang kurasakan ketika air maniku menyembur berkali-kali, dan itu kukeluarkan didalam rahim Mba Jum sampai habis tiada sisa. Lama aku tidak melepas palukanku atas dirinya, dengan nafas yang masih ngos-ngosan, palukanku terus kupertahankan sampai akhirnya aku dapat bernafas secara teratur.

Beberapa saat kemudian, aku merenggangkan badanku, tapi kemaluanku masih kubiarkan menancap di bawah sana, aku membelai wajah Mba Jum, kemudian mengecupnya berkali-kali.

“Makasih ya sayang” bisikku di telinganya, Mba Jum membalasnya dengansenyum lebar, kemudian aku menarik kejantananku yang mulai mengendur dari liang senggamanya, aku melihat betapa banyak cairan di bawah selangkangan Mba Jum. Aku kembali mengenakan pakaianku dan keluar dari kamarnya, tidak terasa, satu setengah jam aku bertempur dengan Mba Jum. Sampai di ruang tengah, aku mendapati Mba Marni lagi ngepel, langsung jantungku serasa mau copot, walaupun dia tidak melihat aku keluar dari kamar Mba Jum, tapi apakah dia tadak mendengar aktifitas kami di dalam ? Dan aku tidak tahu sudah berapa lama dia pulang dari pasar.

Tapi sampi beberapa lama, tidak ada masalah, dan tidak jelas apakah Marni tidak tahu tentang perselingkuhanku dengan Mba Jum, atau dia tidak mau tahu. Peristiwa ini sangat mendalam bagiku, mungkin karena ini pengalaman pertamaku bersetubuh dengan wanita

Setelah peristiwa ini, aku masih melakukannya sekali lagi dengan Mba Jum di rumah ini, sampi akhirnya aku pindah karena dapat pekerjaan. Setelah aku menikah, bayangan Mba Jum tidak pernah bener-benar hilang dari ingatanku, sepuluh tahun setelah kejadian itu, aku bertemu dengan Mas Dar, ternyata dia masih menekuni bisnisnya, dan ketika aku meninta alamatnya, dia memberikannya padaku. Peristiwa perselingkuhanku kembali terjadi dua kali di rumah mereka yang baru, saat Mas Dar ke luar kota.

Dua tahun setelahnya, Mas Dar meninggal, jadilah Mba Jum menjanda, dan tinggal sendiri, Mba Jum ternyata masih menerimaku dan tidak terhitung berapa kali kami melakukannya lagi, dia bagaikan istri kedua untukku, aku sering mendatangi rumahnya baik siang maupun malam, bahkan terkadang aku menginap di rumahnya.

Peristiwa ini kembali terhenti ketika Mba Jum menikah dengan seorang purnawirawan. . Dua tahun telah berlalu, ketika aku membuka-buka arsip lamaku, ternyata aku masih menyimpan nomor HP Mba Jum, ketika aku telepon, ternyata masih aktif, dia cerita bahwa baru dua minggu suaminya meninggal dunia, aku mengucapkan turut berduka cita. Ketka kuutarakan ingin bertemu, dia belum bersedia, dan akan meneleponku kalau dia telah siap, aku tidak tahu apakah dia akan kembali menerimaku atau tidak, yang jelas, setiap aku telepon, dia tidak pernah mau mengangkat dan ketika aku pakai nomor lain, setelah ngomong halo, dan kujawab, dia mematikan Hp-nya, sampai saat ini aku masih merindukannya, dan belum bertemu lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar